Bertamu ke dalam perut

Asmaraloka
2 min readJun 25, 2023

--

Digital Collage Art by Asmaraloka

Aku bertamu ke banyak usia dan kepala beberapa hari belakangan ini. Tercium bau tak sedap yang asalnya dari tubuhku sendiri, bukan peluh, juga bukan lelah yang membebani tubuhku — jelas karena keterikatanku dengan mulutku saat bertemu orang-orang baru. Mungkin karena itu, aku merasa dekat dan mereka yang tanpa sadar berusaha memanipulasi diriku. Kepala-kepala itu dipenuhi ambisi dan kewibawaan yang disiapkan untuk memakan keseharian dan waktu pagiku. Jika kau ingin mendengarkan, aku banyak menghabiskan waktu dengan perutku, kadang-kadang dengan makan nasi kuning atau bahkan kopi mahal yang kelas bawah enggan beli. Sedang kau kan tau, perutku lebih dari kau.

Kau bertanya, bagaimana bisa semuanya berjalan meski tanpa aku? lebih romantis lagi, bagaimana bisa mereka sampai kesini, bersama keluarga dan uangnya dihabiskan dengan hal-hal yang hanya diabadikan lewat ponsel terbaru seperti itu. Aku akan menjawab sebagaimana harapan jawaban dipikiranmu. Dengar sayang, barang seminggu lagi aku akan bertemu dengan orang yang lebih cantik dan dandanannya lebih indah dari milikmu saat ini. Di wajahnya, ada merah, ada jingga, ada biru, abu, dan satu warna di alis yang mengalahkan hitamnya penglihatanku. Bukan…Bukan pelangi, bukan juga warna senja sore hari seperti sukab. Sukab tidak tau. Ia adalah keramahtamahan palsu, aku sangat hati-hati perihal ini. Lagian kau tak perlu khawatir, lakuku juga menyerupai kepalsuan seperti yang kutunjukkan ke dirimu.

Aku sendiri tidak mengerti jika dihadapkan pada hal-hal remeh-temeh seperti ini: benci atau suka, cocok atau tidak, premis seperti ini bisa jadi sakit di dirimu. Belajar lah menerima benci, sayang. Bukankah romantis mencintai orang yang berusaha mengalahkanmu? Inginmu itu, kejahatan bagi dirimu. Lepas segala perasaan bahagia dan sedihmu, lebur mereka jadi satu, jadi pikiran kosong yang membingungkan orang yang menginginkanmu.

Aku, bukan kebijaksanaan, aku kosong. Dan perutku tak kenal lelah berupaya memuntahkan segala kepalsuan yang keluar lewat mulutmu. Bahkan kau tak perlu susah payah mentraktirku dengan benarmu.

--

--

Asmaraloka
Asmaraloka

Written by Asmaraloka

we are all live in each other’s paranioa

No responses yet